
Mungkin karena kita beranggapan bahwa kita merasa sehat dan tidak perlu tahu soal itu. Nah melihat realitas seperti ini, saya tergerak untuk mencoba menulis tentang penyakit ini, sebagai pelengkap seri kesehatan lainnya yang pernah saya tulis, dengan harapan memberi pengetahuan, wawasan, dan manfaat buat kita semua. Terlebih di bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah ini.
Penyakit Lupus sebenarnya telah dikenal seabad lalu. Waktu itu diduga akibat gigitan anjing hutan. Oleh karena itu disebut Lupus yang berarti anjing hutan (bahasa Latin). Gejala yang muncul pada penderita lupus, bermacam-macam, tergantung sistem tubuh yang terkena lupus. Namun, gejala umumnya adalah demam, rasa lelah berkepanjangan, rambut rontok, dan pegal-pegal otot.
Penyakit Lupus biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa kelelahan berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu merupakan sebagian dari gejala penyakit Lupus.
Faktor yang diduga sangat berperan terserang penyakit Lupus adalah faktor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa jenis obat, dan virus. Oleh karena itu, bagi para penderita Lupus dianjurkan keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Dan saat bepergian, penderita memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar.
Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh sistim imun, dimana seharusnya sistim ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri. Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan. Antibodi tersebut bukannya menyerang virus, kuman atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti, diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa antibodi-antibodi yang muncul ketika lupus sedang aktif.
Ada tiga jenis lupus, yaitu :
1. Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-Jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit. Termasuk paling banyak menyerang.
3. Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur).
Saat ini sudah ada obat baru yang disebut Lymphostat-B, yang berfungsi menghambat protein yang menstimulasi limfosit B (BLyS= B lymphocyte stimulator). Limfosit B adalah sel yang berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Jadi dapat memulihkan aktivitas auto-imun menjadi normal, kemudian menghambat aktivitas protein tersebut sehingga limfosit B tidak bisa berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Berkurangnya produksi antibodi menyebabkan aktivitas penyakit lupus mudah dikontrol. Saat ini, ada sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan.
Di Jawa Barat jumlah penderita lupus terdata mencapai 700 orang. Setiap bulan misalnya di RSHS selalu ada 10 pasien lupus baru. Nah jadi kalau data di Jawa Barat seperti ini, artinya kita perlu meningkatkan kehati-hatian bersama. Salah satu obat yang gampang diperoleh dengan biaya murah yang kita kenal saat ini adalah Mahkota Dewa.
Penanganan Lupus Harus Komprehensif
Bandung, Kompas - Untuk hasil yang efektif, penanganan penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus harus komprehensif. Untuk itu, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung merencanakan membentuk tim penanganan lupus terpadu.
Dokter Rachmat Gunadi SpPd, dokter pemerhati lupus dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Kamis (4/5), menjelaskan, lupus merupakan penyakit kelainan imunitas yang berpotensi menyerang seluruh bagian sistem tubuh manusia, baik jaringan, organ, darah, saraf, tulang, otak, maupun sel darah.
Penyakit yang hanya bisa dikendalikan dan belum dapat disembuhkan ini berpotensi menimbulkan gejala atau varian baru seperti efek osteoporosis (penuaan tulang) hingga depresi. "Maka, tidak mengherankan jika disebut penyakit dengan seribu wajah," ujar Rachmat.
Mengindentifikasi penanganan penyakit lupus tidak mudah. Setiap individu memiliki gejala (symptom) maupun faktor pencetus yang berbeda-beda tergantung jenis gen, daya imun ataupun sistem tubuh yang diserang. Penyakit ini tidak menular, melainkan dapat diturunkan melalui faktor genetik.
"Penanganan idealnya komprehensif, tidak hanya dengan pendekatan reumatology (persendian), hematology (sel darah), nefrology (ginjal), dermatology (kulit), tetapi juga dengan ilmu neurologi atau psikologi. Sebab, 40 persen penderita lupus biasanya terkena depresi atau gangguan psikologis," katanya menambahkan.
RSHS saat ini tengah membentuk tim penanganan lupus terpadu yang beranggotakan 21 dokter spesialis dari berbagai disiplin keahlian maupun fungsi. RSHS juga akan membuka klinik khusus penanganan lupus.
"Ini memudahkan koordinasi dan peningkatan awareness. (kesadaran). Selain itu, melalui poliklinik dan pembentukan tim diharapkan dapat menghasilkan penelitian maupun kajian yang akan memberi sumbangsih terhadap ilmu penanganan penyakit lupus," ujar Rachmat.
Namun, lanjut Rachmat, pembentukan tim tersebut jangan ditafsirkan bahwa penderita akan menjadi obyek penelitian.
RSHS mencatat, terdapat sekitar 380 orang penderita lupus. Setiap bulan rata-rata bertambah 10 pasien baru. Menurut Dian Syarief, Ketua Yayasan Syamsi Dhuha (support group odapus), jumlah odapus (orang dengan lupus) di Jawa Barat lebih dari 700 orang.
Tingginya angka kematian pada penderita lupus juga patut mendapat perhatian. Berdasarkan data RSHS, satu persen kasus lupus berakibat kematian.
Sementara pada kasus lupus kronis, seperlima dari jumlah penderita lupus biasanya tidak mampu tertangani dan akhirnya meninggal.
5 Maret 2009 pukul 05.17
Bikin ngeri juga yah..?
Btw, tukeran bannernya udah tuh,
tinggal nunggu banner q juga tampil di sini.
Lihat Linknya di sini
Thanks and ditunggu yah ...!