Sehat Bersama DEHERBA

Mari Sehat Selalu Dengan Berkunjung ke Objek Wisata Pandeglang
Stamina Prima Berkat Buah Merah
Marthen Wenggi, Wamena, Jayawijaya

Marthen Wenggi lahir di Wamena pada tanggal 10 Maret 1956. la adalah seorang guru di sebuah SD Negeri di Wamena, sekaligus seorang mahasiswa MIPA di Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua. Pria enerjik yang malang melintang selama 30 tahun di pedalaman sebagai guru ini, mengenal Buah Merah sejak 30 tahun lalu. Tepatnya, ketika bertugas di pedalaman. Waktu itu, menurut Marthen, untuk mendidik masyarakat di pedalaman ia harus menyatu dengan masyarakat terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memakan apa yang mereka makan dan hidup berbaur mengikuti adat-istiadat mereka.

Di kawasan pedalaman Yalimo, Marthen mulai makan dengan penduduk setempat. Makanan yang dihidangkan adalah ubi bakar dengan sayuran yang dicampur Buah Merah. "Ubi bakar dikupas, ditaruh di atas daun pisang, dicampur sayuran. Kemudian Buah Merah dikuliti dan dikramas (diremas dengan tangan hingga pasta dan minyaknya mengalir) di atas ubi. Rasanya enak sekali," Marthen mengenang saat pertama kali mengonsumsi buah endemik Papua tersebut.

Sejak saat itu, setiap hari Marthen selalu menyertakan Buah Merah dalam menu masakannya. Hasilnya, hingga saat ini Marthen sehat dan tidak mengidap suatu penyakit apa pun. Dalam bertugas, berjalan berkilo-kilometer dilakoninya tanpa kehabisan energi, walaupun saat berjalan, asap mengepul dari gulungan tembakau di bibirnya. Hingga saat ini, Marthen masih setia menenteng Buah Merah jika menumpang pesawat dari Wamena ke Jayapura.

Kanker Rahim Rontok Berkat Minyak Buah Merah
Ny. Rosdiati Arif, 48 th, Jl. Kaliprogo II RT 09 RW 3, Padang Harapan, Bengkulu, Telp. (0763) 27594

Awalnya, kehidupan sehari-hari Ny. Rosdiati biasa saja. Kehidupan istri pensiunan pegawai negeri ini mulai berubah sejak tahun 2002. Tepatnya, saat dokter memvonisnya menderita kanker rahim stadium 2B. Hal ini tentu saja mengejutkan Rosdiati.

Setelah berobat ke RSU Palembang, ia harus menjalani operasi dan kemoterapi. Hingga akhir 2003, Ny. Rosdiati menjalani kemoterapi sebanyak enam kali. Meskipun demikian, penyembuhan yang dilakukan tenaga medis ini tidak banyak mengurangi penderitaan perempuan berumur 48 tahun ini. Bahkan, badan Rosdiati lama-kelamaan menjadi kurus, loyo, rambut rontok, dan sering sakit-sakitan.

Setelah mengalami penderitaan selama lebih dari satu tahun, pada bulan Februari 2003 Ny. Rosdiati mendapat kiriman minyak Buah Merah dari keponakannya yang tinggal di Wamena, Papua. Tanpa berpikir panjang, ia segera meminum minyak Buah Merah tersebut tiga kali sehari. Sekali minum satu sendok makan.

Tepat setelah 20 hari minum minyak Buah Merah, dari rahimnya keluar potongan-potongan daging (menyerupai daging yang dicincang) berwarna merah sebesar ujung kelingking. Pada bulan Juni, ia mendapat kiriman minyak Buah Merah lagi sebanyak 300 ml. Setelah diminum, dari rahimnya keluar lagi potongan daging yang diduga kanker yang menyerang rahimnya. Pada bulan September, juga demikian, yakni dari rahimnya keluar lagi potongan daging menyerupai lemak ayam. Selanjutnya, pada bulan Desember sering keluar cairan berwarna putih kental bercampur dengan bintik merah yang berbau anyir. Sejak itu, kondisi Ny. Rosdiati berangsur membaik.

Saat ini, kondisi fisik Ny. Rosdiati jauh lebih baik dibandingkan dengan 2-3 tahun lalu. Dulu, berat badannya turun drastis hingga tinggal 46 kg, tetapi sekarang sudah normal seperti semula, yakni 55 kg. Badannya sudah terlihat segar, tidak pucat, dan rambutnya pun tidak rontok lagi.
Rasa Sakit Akibat Kanker Otak Berkurang
Heni Winarti, Batu, Jawa Timur

Ibu Guru SD Tlekung ini adalah lahir pada tahun 1961 dan tinggal di Kota Apel, Batu, Jawa Timur. Di daerah pegunungan yang sejuk itulah Heni melakukan aktivitasnya sehari-hari. Awalnya kegiatan belajar mengajar di SD tersebut terlaksana dengan wajar. Namun, sejak pertengahan 2004, ada perasaan yang berbeda di kepalanya. Dalam sehari, selama sekitar 15 menit, kepalanya terasa sakit dan telinga berdenging, sehingga aktivitasnya terganggu. Kondisi seperti ini bisa terulang beberapa kali dalam sehari. Karena tidak tahan menanggung siksaan, Heni mengunjungi dokter. Setelah kepalanya di-scan, oleh dokter Heni dinyatakan mengidap kanker otak dan harus dioperasi. Tentu saja ibu guru ini kaget dan menolak pengangkatan kanker dari kepalanya. "Saya takut kalau harus dioperasi," katanya.

Pada akhir 2004, oleh teman sejawatnya sesama guru, Heni diberi minyak Buah Merah dan disuruh meminumnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, ia pun diperbolehkan mengonsumsi minyak dari buah asal Papua tersebut. Awalnya, Heni hanya mengonsumsi satu sendok makan setiap hari. Seminggu kemudian, kepalanya pun mulai enteng. Tidak seperti sebelumnya, sakit di kepalanya mulai berkurang dan hanya sesekali menyerang.

Akhirnya Heni memesan minyak Buah Merah langsung dari sentranya di Wamena. Dosisnya pun ditingkatkan menjadi dua kali sehari, sekali minum satu sendok makan. Karena kondisinya membaik, akhirnya secara rutin ia menkonsumsi tiga sendok makan setiap hari. Walaupun belum sembuh secara total, siksaan di kepalanya bisa mereda. Bahkan, sejak mengonsumsi minyak Buah Merah, obat-obatan dari dokter mulai ditinggalkannya. Secara medis, sampai saat ini belum ada keterangan tentang kondisi kanker di kepalanya, tetapi yang jelas kondisi kesehatannya sudah membaik. Kegiatan belajar mengajarnya pun sudah normal lagi.

Calon Kanker Mulut Rahim Berkurang
Ussy Sulistyowati, Artis Sinetron dan Bintang Iklan

Gadis kelahiran 13 Juli 1980 ini adalah seorang artis sinetron dan bintang iklan. Sampai saat ini sudah 16 judul sinetron dibintanginya dan tiga buah iklan memakai paras ayunya. Pemeran tokoh Mince dalam sinetron "Cintaku di Rumah Susun" ini pada bulan Juli 2004 mulai merasakan kejanggalan di mulut rahimnya. Setelah diperiksa, ternyata ada endovestrosen, yaitu jaringan tumbuh yang biasanya muncul saat menstruasi dan berpotensi menjadi kanker.

Ussy pun terbang ke Singapura untuk dibiopsi, melihat jaringan tersebut kanker ganas atau tidak. Biopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Mount Elisabeth itu menunjukkan adanya kelenjar berwarna putih sepanjang 3 cm yang menurut dokter berpotensi menjadi kanker dalam kurun waktu 5-10 tahun lagi. Ussy menderita prakanker dan dokter menyarankan untuk operasi.

Saat pulang ke Jakarta untuk menunggu operasi, Ussy mendapat informasi dari seseorang agar ia mengonsumsi sari Buah Merah dari Papua. Kebetulan saat itu sari Buah Merah asal Papua sedang ngetrend dan menjadi buah bibir. Dua minggu sebelum berangkat ke Singapura untuk operasi, Ussy mengonsumsi sari Buah Merah sebanyak satu sendok teh, dua kali sehari.

Sesampainya di RS Mount Elisabeth, dokter yang menanganinya keheranan, karena lingkaran putih calon kankernya yang semula sepanjang 3 cm telah menyusut hingga tinggal 1 cm. Ussy mengatakan kepada dokternya dengan jujur bahwa selama di Jakarta ia meminum sari Buah Merah. Karena dokter di sana tidak mengenal Buah Merah, Ussy pun menjelaskannya secara panjang lebar bahwa di Indonesia ada Buah Merah yang oleh masyarakat dimanfaatkan untuk pengobatan. Meskipun demikian, kelenjar yang berpotensi menjadi kanker di mulut rahim Ussy tersebut tetap dioperasi. Hasil kerja sari Buah Merah selama dua minggu yang mampu melenyapkan calon kanker sepanjang 2 cm dituntaskan oleh dokter RS Mount Elisabeth.

Sampai sekarang di sela-sela kesibukannya Ussy masih setia mengonsumsi sari Buah Merah asal Papua. Sari buah yang diperoleh dari temannya yang bekerja di Papua pun kini dikonsumsi oleh semua anggota keluarganya.

0 komentar

Posting Komentar